-->

Gaya Endogen dan Bentang Alam Yang Di Bentuknya

Gaya Endogen dan Bentang Alam Yang Di Bentuknya

4.1. Pendahuluan
Proses proses geologi adalah semua aktivitas yang terjadi di bumi baik yang berasal dari dalam bumi (endogen) maupun yang berasal dari luar bumi (eksogen). Gaya endogen adalah gaya yang berasal dari dalam bumi seperti orogenesa dan epirogenesa, magmatisme dan aktivitas volkanisme, sedangkan gaya eksogen adalah gaya yang bekerja di permukaan bumi seperti pelapukan, erosi dan mass-wasting serta sedimentasi. Gaya endogen maupun eksogen merupakan gaya-gaya yang memberi andil terhadap perubahan bentuk bentangalam (landscape) yang ada di permukaan bumi. Pada gambar 4-1 disajikan suatu bagan yang memperlihatkan proses-proses geologi (endogen & eksogen) sebagai agen dalam perubahan bentuk bentangalam.


Gambar 4-1 Proses-proses geologi (proses endogenik dna proses eksogenik) dan perubahan bentangalam



4.2. Gaya Endogen
Gaya endogen adalah gaya yang berasal dari dalam bumi. Gaya yang berasal dari dalam bumi dapat berupa gempabumi, magmatisme, volkanisme, orogenesa dan epirogenesa. Aktivitas Tektonik adalah aktivitas yang berasal dari pergerakan lempeng-lempeng yang ada pada kerak bumi (lithosphere). Hasil dari tumbukan antar lempeng dapat menghasilkan gempabumi, pembentukan pegunungan (orogenesa), dan aktivitas magmatis/aktivitas gunungapi (volcanism). Aktivitas magmatis adalah segala aktivitas magma yang berasal dari dalam bumi. Pada hakekatnya aktivitas magmatis dipengaruhi oleh aktivitas tektonik, seperti tumbukan lempeng baik secara convergent, divergent dan atau transform. Pembentukan material kulit bumi (batuan) yang terjadi di Pematang tengah samudra adalah salah satu contoh dari aktivitas magma, sedangkan pembentukan gunungapi di kepulauan Hawaii adalah contoh lain dari aktiitas magma yang terjadi di sepanjang batas lempeng (transforms). Produk dari aktivitas magma dapat menghasilkan batuan beku, baik batuan beku intrusive dan batuan beku ekstrusive.
4.3. Bentangalam Endogenik (Bentangalam Konstruksional)
4.3.1. Bentangalam Struktural (Structural/Tectonic Landforms)
Bentangalam Struktural adalah bentangalam yang proses pembentukannya dikontrol oleh gaya tektonik seperti perlipatan dan atau patahan.
A. Morfologi Lipatan (Folding Mountain)
Morfologi perlipatan umumnya dicirikan oleh susunan perbukitan dan lembah-lembah yang berpola sejajar, terbentuk dari batuan sedimen yang terlipat membentuk struktur sinklin - antiklin. Genetika pembentukan morfologi perlipatan dikontrol oleh gaya tektonik yang terjadi pada suatu cekungan sedimen.
Gambar 4-2   Morfologi Berbikitan Lipatan dicirikan oleh bukit dan lembah yang memanjang dan sejajar. Satuan morfologi perbukitan lipatan dapat diklasifikasikan menjadi sub-sub satuan morfologi: Bukit Antiklin (A dan C); Lembah Sinklin (B dan D); Lembah Antiklin (E); dan Bukit Sinklin (F).
Gambar 4-3 Morfologi Berbukitan Lipatan (Folded Mountains) sebagai hasil dari proses orogenesa (tektonik)

1. Morfologi Punggung Antiklin (Anticlinal ridges).
Morfologi Bukit Antiklin adalah bentangalam yang berbentuk bukit dimana litologi penyusunnya telah mengalami perlipatan membentuk struktur antiklin. Morfologi punggung antiklin umumnya dijumpai di daerah daerah cekungan sedimen yang telah mengalami pengangkatan dan perlipatan. Morfologi punggung antiklin merupakan bagian dari perbukitan lipatan yang bentuknya berupa bukit dengan struktur antiklin. Jentera geomorfik ”Punggung Antiklin” diklasifikasikan kedalam jentera geomorfik muda, artinya bahwa proses proses eksogenik (pelapukan, erosi/denudasi) yang terjadi pada satuan morfologi ini belum sampai merubah bentuk awalnya yang berupa bukit.
Gambar 4-4 Morfologi Punggung Antiklin yang dicirikan oleh bentangalam yang berbentuk bukit yang tersusun oleh batuan sedimen berstruktur antiklin.

2. Morfologi Lembah Antiklin (Anticlinal valleys)
Bentangalam Lembah Antiklin adalah bentangalam yang berbentuk lembah yang diapit oleh sepasang bukit tersusun dari batuan sedimen yang berstruktur antiklin. Jentera geomorfik ”Lembah Antiklin” dapat diklasifikasikan kedalam jentera geomorfik dewasa, artinya bahwa proses proses eksogenik (pelapukan, erosi dan denudasi) yang terjadi pada satuan ini telah merubah bentuk aslinya yang semula berbentuk ”bukit” berubah menjadi ”lembah”.

Gambar 4-5 Morfologi “Lembah Antiklin” yang dicirikan oleh bentangalam yang berbentuk lembah yang diapit oleh dua lereng bukit yang arah kemiringan lapisannya berlawanan arah membentuk struktur antiklin.

3. Morfologi Pungung Sinklin (Synclinal ridges)
Morfologi Punggung Sinklin adalah bentangalam yang berbentuk bukit, tersusun dari batuan sedimen yang membentuk struktur sinklin. Jentera geomorfik ”Punggung Sinklin” diklasifikasikan kedalam jentera geomorfik dewasa, artinya bahwa proses proses eksogenik (pelapukan, erosi dan denudasi) yang terjadi pada satuan ini telah merubah bentuk aslinya yang semula berupa ”lembah” berubah menjadi ”bukit”. Morfologi Punggung Sinklin dalam geomorfologi dikenal sebagai ”reverse topographic” (topografi terbalik).

Gambar 4-6. Morfologi Bukit Sinklin yang dicirikan oleh bentangalam yang berbentuk bukit yang tersusun oleh batuan sedimen berstruktur sinklin.

4. Morfologi Lembah Sinklin (Synclinal valleys)
Morfologi Lembah Sinklin adalah bentangalam yang berbentuk lembah yang tersusun dari batuan sedimen dengan struktur sinklin. Jentera geomorfik satuan geomorfologi Lembah Sinklin dapat digolongkan kedalam jentera geomorfik muda, artinya bahwa proses proses eksogenik (pelapukan, erosi dan denudasi) belum sampai merubah bentuk aslinya yang berupa ”lembah” menjadi berbentuk ”bukit”.
Gambar 4-7 Morfologi “Lembah Sinklin” yang dicirikan oleh bentangalam yang berbentuk lembah yang diapit oleh dua lereng bukit yang arah kemiringan lapisannya mengarah kearah sama membentuk struktur sinklin.

5. Morfologi Plateau
Morfologi Plateau adalah bentangalam yang berbentuk dataran dengan batuan penyusunnya relatif horisontal dan bentuknya menyerupai meja. Morfologi plateau umumnya dijumpai di daerah yang kondisi geologinya relatif stabil atau relatif kecil terhadap pengaruh tektonik, sehingga perlapisan batuannya relatif horisontal. Adanya proses pengangkatan dengan tidak mengakibatkan perlipatan batuan serta diikuti proses erosi / denudari yang intensif sehingga terbentuk suatu dataran yang tinggi dibandingkan dengan bagian lainnya dengan susunan batuannya relatif horisonatal. Berdasarkan genetikanya, Plateau, Mesa dan Butte adalah bentuk bentangalam yang proses pembentukannya sama dan dibedakan berdasarkan ukurannya (dimensinya), dimana plateau berukuran luas, mesa dengan ukuran yang relatif lebih kecil sedangkan butte merupakan bagian yang terkecil dan dikenal juga sebagai sisa-sisa dari bentangalam mesa.
Gambar 4-8. Morfologi “Plateau” yang dicirikan oleh bentangalam yang berbentuk seperti meja dengan bidang atasnya relative mendatar

6. Morfologi Mesa dan Butte
Morfologi Mesa adalah bentangalam yang berbentuk dataran dan proses kejadiannya dikontrol oleh struktur perlapisan mendatar dengan elevasi yang lebih tinggi dari sekitarnya. Morfologi mesa juga dijumpai di daerah yang kondisi geologinya relatif stabil atau pengaruh tektoniknya relatif kecil, sehingga pada saat terjadi pengangkatan perlapisan batuannya tetap horisontal. Morfologi Butte adalah bentangalam yang berbentuk datar dengan elevasi yang lebih tinggi dari sekitarnya dan merupakan sisa dari hasil erosi Mesa dengan dimensi yang lebih kecil dari Mesa.

Gambar 4- 9 Morfologi Mesa (kiri) dan morfologi Monoklin (kanan)

7. Morfologi Bukit Monoklin (Monoclinal ridges)
Morofologi Bukit Monoklin adalah bentangalam yang berbentuk bukit, tersusun dari batuan sedimen dengan arah kemiringan yang seragam. Morfologi bukit monoklin dapat berupa bagian sayap dari suatu lipatan antiklin atau sinklin



B. Bentangalam Patahan (Block Faulting Landforms)
 Bentangalam yang terjadi di daerah patahan, khusunya di wilayah yang terkena sesar mendatar (strike slip fault), antara lain Gawir, Bukir Tertekan (pressure ridge), Sag Basin, Shutter Ridge, Linear valley, Linear ridge, dan Offset River (Gambar 4-10)
Gambar 4-10 Blok diiagram yang memperlihatkan bentuk-bentuk bentangalam yang terjadi di daerah patahan, khusunya di wilayah yang terkena sesar mendatar (strike slip fault), antara lain Gawir, Bukir Tertekan (pressure ridge), Sag Basin, Shutter Ridge, Linear valley, Linear ridge, dan Offset River
  

1.   Morfologi Gawir Sesar (Escarpments)
Morfologi Escarpment (Gawir Sesar) adalah bentangalam yang berbentuk bukit dimana salah satu lerengnya merupakan bidang sesar. Morfologi gawir sesar biasanya dicirikan oleh bukit yang memanjang dengan perbedaan tinggi yang cukup ekstrim antara bagian yang datar dan bagian bukit. Pada umumnya bagian lereng yang merupakan bidang sesar diendapkan material hasil erosi (talus) membentuk morfologi kaki lereng dengan berelief landai. Pada sesar mendatar, pergeseran memungkinkan salah satu bagian bergerak kearah atas terhadap bagian lainnya yang kemudian membentuk gawir.

2.   Morfologi Punggungan/Bukit Linear (Linear ridge)
Morfologi punggungan/bukit linear adalah bentangalam yang berbentuk bukit dan terjadi apabila bidang patahan suatu sesar strike slip fault melalui bukit tersebut dan menggesernya ke arah yang saling berlawanan, membentuk bukit yang lurus (linear)

3.   Morfologi Lembah Linear (Linear valley)
Morfologi lembah linear adalah morfologi yang berbentuk lembah/cekungan linear yang terbentuk disepanjang jalur patahan strike slip fault.

4.   Morfologi Punggungan Tertekan (Pressure Ridge)
Morfologi “Pressure Ridge” adalah bentangalam yang berbentuk bukit dan terjadi karena gaya yang bekerja pada suatu sesar mendatar dan akibat tekanan tersebut mengakibatkan batuan yang berada disepanjang patahan terpatahkan menjadi beberapa bagian yang kemudian menekan batuan tersebut kearah atas.


Gambar 4-11 Kiri Morfologi Escarpment (Gawir Sesar) yang berupa bukit dengan lereng sebagai bidang sesar dan dicirikan oleh perbedaan relief yang cukup ektrim antara dataran dan perbukitan. Kanan Morfologi Presure Ridges (Punggung Tertekan) yang berupa bukit hasil dari pengangkatan yang diakibatkan oleh gaya yang bekerja disepanjang patahan.

5. Morfologi Lembah Cekungan (Sag Basin)
Bentangalam Sag Basin adalah bentangalam yang terbentuk dari hasil pergeseran sesar mendatar (strike slip fault), dengan bentuk relief yang lebih rendah dibandingkan dengan pasangannya. Morfologi “Sag Basin” merupakan pasangan dari morfologi “Pressure Ridge” dan morfologi ini hanya terbentuk pada sesar mendatar saja.

6. Morfologi Bukit Terpotong (Shutter Ridge)
Bentangalam shutter ridge landforms (bukit terpotong) umumnya juga dijumpai pada sesar mendatar. Shutter ridges terjadi apabila salah satu sisi dari bidang sesar merupakan bagian permukaan tanah yang tinggi dan pada sisi lainnya merupakan bagian permukaan yang lebih rendah dan akibat adanya pergeseran ini dapat mengakibatkan tersumbatnya aliran sungai.


Gambar 4-13. (Kiri ) Morfologi “Sag Basin” yang dicirikan oleh bentangalam yang berbentuk cekungan dan merupakan bagian dari suatu pasangan sesar mendatar.  Gambar 4-14 (Kanan) Morfologi “Shutter Ridges” (Bukit Terpotong) yang memperlihatkan bagian batuan yang terangkat kearah atas membentuk morfologi bukit.


7. Morfologi Stream Offset (Morfologi Sungai Sigsag)
Morfologi Stream Offset adalah bentangalam sungai yang arah alirannya berbelok secara tiba-tiba mengikuti arah arah bidang patahan dan perubahan arah aliran ini disebabkan oleh pergeseran bukit disepanjang patahan mendatar. Bentuk sungai yang membelok secara sigsag terjadi karena adanya pergeseran bukit (shutter ridges) dari pergeseran lateral suatu sesar mendatar seperti sesar yang terdapat pada sesar San Andreas di Amerika Serikat

Gambar 4-15. Morfologi “Sungai Sigsag” ditandai oleh bentuk sungai yang arah alirannya berbelok secara tiba-tiba mengikuti arah patahan yang disebabkan adanya pergeseran bukit kearah yang berlawanan.
  

8. Morfologi Punggungan Hogback (Hogbag)
Morfologi Hogback adalah bentangalam yang berbentuk bukit yang memanjang searah dengan jurus perlapisan batuan dan mempunyai kemiringan lapisan yang lebih besar 45°. Morfologi Hogbag terjadi kerena sesar/patahan yang memotong searah bidang perlapisan.
Gambar 4-16 Morfologi “Hogbag” yang dicirikan oleh bentangalam yang berbentuk bukit dengan kemiringan lapisan batuannya diatas 45°.

9. Morfologi Punggungan/Bukit Horst
Morfologi Bukit Horst adalah bentangalam yang berbentuk bukit, merupakan bagian yang menonjol dibandingkan dengan sekitarnya dan dibatasi oleh bidang sesar.

Gambar 4-17 Morfologi “Block Faulting” yang dicirikan oleh bentangalam yang berbentuk bukit bukit yang dibatasi oleh bidang-bidang sesar (kiri) dan morfologi “Horst” dan “Graben” (kanan) dicirikan oleh bentangalam menonjol dan ambles, dibatasi oleh bidang patahan.

10. Morfologi Lembah Graben
Morfologi Lembah Graben adalah bentangalam yang berbentuk lembah (depresi) dipisahkan dengan morfologi lainnya oleh bidang patahan.



C. Morfologi Intrusi (Intrusive landforms)
Morfologi Intrusi (Intrusive landforms) adalah bentangalam berbentuk bukit terisolir yang tersusun oleh batuan beku dan genesanya dikontrol oleh aktivitas magma. Bukit intrusi pada awalnya dapat berada dibawah permukaan bumi, namun seiring dengan berjalannya waktu oleh proses endogenik (pelapukan dan erosi) maka bagian tanah yang menutupi tubuh batuan intrusi akan tererosi sedangkan tubuh batuan yang lebih resisten hanya mengalami erosi yang tidak signifikan. Proses endogeniknya pada akhirnya akan menyisakan tubuh batuan beku yang membentuk morfologi yang lebih menonjol dibandingkan dengan daerah sekitarnya.
Gambar 4-18 Bentangalam / morfologi “Instrusive Landforms” yang dicirikan oleh bentangalam yang berbentuk bukit dengan material penyusunnya adalah batuan beku.

4.3.2.    Bentangalam Gunungapi
Pembentukan bentangalam gunungapi sepenuhnya dikendalikan oleh proses proses geologi (gaya endogenik) sejak saat pembentukannya hingga setelah gunungapi tersebut terbentuk. Dengan demikian, bentuk bentuk dan jenis bentangalam gunungapi akan diicirikan oleh material yang membentuk gunungapi tersebut, dimana sebaliknya tergantung pada tingkah laku erupsi gunungapinya. Meskipun proses-proses yang terjadi setelahnya dapat merubah bentuk bentuk bentangalam aslinya. Berikut ini diuraikan bagaimana bentuk bentuk bentangalam gunungapi terbentuk dan beberapa kasus tentang perubahan bentangalam gunungapi setelah terbentuk.

1)     Morfologi Gunungapi Perisai (Shield Volcanoes)
·       Gunungapi perisai dicirikan oleh kelerengan yang landai, kurang lebih 50 – 100.
·       Gunungapi perisai sebagian besar tersusun dari aliran lava yang relative tipis yang terbentuk disekeliling pusat erupsi.
·       Hampir semua perisai terbentuk oleh magma yang berviskositas rendah yang memungkinkan mengalir dengan mudah kearah kaki lereng dari sumbernya.
·       Magma berviskositas rendah memungkinkan lava bergerak kearah kaki lereng, tetapi saat mendingin viskositasnya akan meningkat sehingga akan menyebabkan lereng bagian bawah menjadi lebih curam.
·       Pada peta kebanyakan gunungapi perisai berbentuk oval atau melingkar.
·       Pada gunungapi perisai, material piroklastik jarang dijumpai dan apabila ada hanya tersebar disekitar lubang erupsi yang terbetuk ketika terjadi erupsi.
·       Dengan demikian, gunungapi perisai merupakan gunungapi yang bersifat non-explosive.

Gambar 4-19 : Penampang melintang Gunungapi Perisai
Gambar 4-20: Morfologi Gunungapi Perisai
2)     Morfologi Kerucut Gunungapi Strato (Stratovolcanoes)
·       Kemiringan lerengnya lebih besar dibandingkan dengan gunungapi perisai, dengan sudut lereng berkisar antara 60 – 100 di bagian kaki dan kearah puncak mencapai sudut lerengnya mencapai 300.
·       Keterjalan lereng yang berada dekat puncak disebabkan aliran lava yang viskositasnya rendah tidak dapat mengalir lebih jauh kearah kaki lereng.
·       Kelerengan yang rendah di kaki gunungapi dikarenakan akumulasi material hasil erosi dari gunungapi dan akumulasi material piroklastik
·       Gunungapi strato umumnya tersusun dari perselingan lava dan material piroklastik
·       Gunungapi strato umumnya bersifat eksplosif dibandingkan dengan gunungapi perisai dikarenakan sifat magmanya yang viskositasnya lebih tinggi.
Gambar 4-21 : Penampang melintang Gunungapi Strato


Gambar 4-22 : Morfologi Gunungapi Strato

3)     Morfologi Kerucut Cinder (Cinder Cones)
·       Kerucut Cinder adalah kerucut gunungapi yang volumenya kecil didominasi oleh tephra hasil erupsi Stromboli. Umumnya bersusunan material basaltis – andesitic.
·       Merupakan endapan hasil jatuhan material erupsi disekitar lubang kepundan.
·       Kelerengan kerucut gunungapi dikontrol oleh sudut kestabilan dari material yang bersifat lepas, umumnya berkisar antara 250 – 350.
·       Tersusun dari perselingan lapisan piroklastik dengan ukuran yang berbeda beda yang disebabkan oleh intensitas tingkat letusan yang berbeda.
·       Apabila aliran lava diemisikan dari kerucut tepehra, seringkali diemisikan dari lubang kepundan atau dekat dasar kerucut selama tahap erupsi selanjutnya.
·       Kerucut cinder umumnya terbentuk disekitar lubang kepundan dan badan gunungapi strato.
·       Kerucut cinder seringkali terbentuk dalam kelompok, dimana puluhan hingga ratusan kerucut dapat dijumpai di satu tempat.
Gambar 4-23: Penampang melintang Kerucut Cinder
Gambar 4-24: Morfologi Kerucut Cinder

4)     Morfologi Kawah Maar.
·       Morfologi Maar adalah bentangalam berelief rendah dan luas dari suatu kawah gunungapi hasil erupsi preatik atau preatomagmatik, letusannya disebabkan oleh air bawah tanah yang kontak dengan magma. Ciri dari morfologi Maar umumnya diisi oleh air membentuk suatu danau kawah yang dangkal.
·       Bagian dari diding kawah seringkali runtuh kedalam kawah, lubang kawah terisi material lepas dan apabila kawah masih lebih dalam dibandingkan dengan muka air tanah, maka kawah akan terisi air membentuk suatu danau dengan ketinggian air setinggi muka air tanahnya.
Gambar 4-25 : Penampang melintang Maar


Gambar 4-26:  Morfologi Kawah Maar

5)     Morfologi Kubah Gunungapi (Volcanic Domes) / Sumbat Lava (Lava Plug)
·       Kubah gunungapi merupakan hasil ekstrusi lava yang berkomposisi rhyolitic atau andesitic dengan viskositas tinggi dan kandungan gas yang kecil. Selama viskositasnya tinggi maka lava tidak dapat mengalir jauh dari lubang kepundannya, sebaliknya akan naik membentuk tiang diatas lubang kepundan.
·       Permukaan kubah gunungapi umumnya sangat kasar dengan sejumlah spines yang mengalami tekanan oleh magma yang berada dibawahnya.
Gambar 4-27: Penampang Kubah Gunungapi


Gambar 4-28: Morfologi Kubah Lava Gunungapi

6)     Morfologi Kawah dan Kaldera (Craters and Calderas landforms)
·       Kawah adalah cekungan yang berbentuk melingkar, umumnya berdiameter kurang dari 1 km dan terbentuk sebagai hasil eksplosi ketika melepaskan gas atau tephra.
·       Kaldera adalah cekungan berbentuk melingkar dengan luas berkisar aantara 1 – 50 km. Kaldera terbentuk sebagai hasil runtuhnya struktur badan gunungapi. Hasil runtuhannya masuk kedalam ruangan magma.
·       Kaldera seringkali berupa cekungan yang tertutup sehingga mampu menampung air hujan sehingga seringkali membentuk danau didalam kaldera.
Gambar 4-29 : Morfologi Kaldera
7)     Morfologi Plateau Basalt
·       Plateau basalt adalah aliran magma basaltic yang sangat encer dengan viskositas rendah yang keluar dari lubang kepundan yang berbentuk linear. Lava basalt mengalir tersebar kearea yang luas dengan kelerengan yang landai membentuk suatu plateau.
·       Contoh plateau basalt yang sangat terkenal adalah yang terjadi di Iceland pada tahun 1783, dimana lava basalt keluar dari rekahan fiisure sepanjang 32 km dan menutupi area seluas 588 km2 dengan 12 km3 lava.
Gambar 4-30: Morfologi Plateau Basalt

8)     Morfologi Jenjang Gunungapi (Volcanic-neck Landforms)
Morfologi Jenjang Gunungapi adalah bentangalam yang berbentuk bukit yang menyerupai leher atau tiang merupakan sisa dari proses denudasi suatu gunungapi.
Gambar 4-31: Morfologi Jenjang Gunungapi

9.  Morfologi Perbukitan Sisa Gunungapi (Volcanic Remnant Landforms)
Morfologi perbukitan sisa gunungapi (volcanic remnant) adalah bentangalam yang berbentuk perbukitan/bukit yang merupakan sisa-sisa dari suatu gunungapi yang telah mengalami proses denudasi.


Gambar 4-32: Morfologi Sisa Gunungapi (Volcanic remnant)

10. Morfologi Aliran Lava
Morfologi Aliran Lava adalah suatu bentuk bentangalam yang berbentuk datar yang terjadi oleh proses pengendapan aliran lava yang keluar dari erupsi suatu gunungapi.

11. Morfologi Punggungan Aliran Piroklastik / Lahar
Morfologi Punggungan/bukit aliran piroklastik/lahar adalah suatu bentuk bentangalam yang berupa punggungan atau bukit yang terjadi oleh proses pengendapan aliran piroklastik/lahar produk gunungapi.
Gambar 4-33: Morfologi Aliran Lava


Gambar 4-34: Morfologi Punggungan Aliran Piroklastik

12. Morfologi Dataran / Kipas Aliran Lava
Morfologi dataran/kipas aliran lava adalah suatu bentuk bentangalam dataran atau menyerupai kipas merupakan hasil pengendapan aliran lava yang keluar dari erupsi suatu gunungapi.
Gambar 4-35: Morfologi Dataran Aliran Lava



13. Morfologi Dataran / Kipas Aliran Piroklastik
Morfologi dataran/kipas aliran piroklastik adalah suatu bentuk bentangalam dataran atau menyerupai kipas merupakan hasil pengendapan material piroklastik.


Gambar 4-36: Morfologi Dataran Piroklastik

15. Morfologi Dataran Antara Gunungapi
Morfologi dataran antara gunungapi adalah suatu bentuk bentangalam dataran yang berada diantara kumpulan gunungapi.
Gambar 4-37: Morfologi Dataran Antara Gunungapi



Sumber : Djauhari Noor, 2012, Pengantar Geologi. 


Silahkan download filenya dibawah ini sebagai acuan, bahan bacaan dan lainnya
Jika teman-teman masih bingung cara download silahkan klik link di bawah ini (CATATAN : LANGSUNG KE LANGKAH NO.7):

Berlangganan update artikel terbaru via email:

1 Response to "Gaya Endogen dan Bentang Alam Yang Di Bentuknya"

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel